Papua dan Massoia

Bulan November 2014, sekali lagi saya mendapatkan kesempatan untuk berkunjung ke Papua. entah kenapa setiap perjalan menuju Indonesia timur saya selalu merasa bahagia dan senang, terselubung perasaan penasaran akan wilayah – wilayah eksotis disana. Kali ini saya berkunjung ke suatu Kabupaten di Provinsi Papua Barat, yang menjadi buah bibir para pecinta piknik dan wisata di Indonesia dan Dunia. ya, saya berkunjung ke Kab. Raja Ampat Prov. Papua Barat.

Tidak seperti pada umumnya orang-orang yang mengunjungi Raja Ampat yang singgah di pulau Waigeo atau Misool, yang termasyhur akan keindahan dunia bawah dan permukaan lautnya, keanekaragaman hayatinya. Saya mengunjungi Pulau Salawati salah satu dari 4 Pulau Besar di Kab. Raja Ampat. Saya tidak Diving disana, wong dari Jogja saya bawa pelampung karena takut tenggelam ahahahha.

Keperluan saya disini adalah untuk penyuluhan minyak atsiri dan installasi alat penyulingan Dinas Pertanian dan Perkebunan Kab. Raja Ampat Prov. Papua Barat. Saya dan kawan, Bang Qadri Donkz menjalankan misi di desa Kalobo distrik Salawati Tengah. Pulau Salawati ini diambil dari kata Shalawat kepada junjungan Nabi Muhammad SAW. yang dalam bahasa bugis Salawati berarti bershalawatlah, karena menurut cerita ada seorang penjelajah yang sudah kehabisan bekal akhirnya menemukan pulau ini dan bershalawat ketika sampai di daratan.

Kondisi alamnya berbukit, tanahnya terdapat deposit batubara, namun saya tidak tahu seberapa banyak kandungannya. sifat tanah dan airnya cendrung masam. sebenarnya cocok sekali jika ditanami penghasil minyak atsiri dari keluarga Graminae namun pertimbangannya adalah ongkos transportasi dan ongkos kerja di pulau ini cendrung lebih mahal, sehingga kurang cocok untuk minyak atsiri yang memiliki level harga rendah.

Banyak sekali potensi yang ada di daerah ini. Beberapa komoditi yang memang native Papua saya rasa perlu pengembangan dan penyuluhan terhadap petani dan penggiat hutan disana. Mengingat potensi terbesar minyak atsiri disana adalah Kayu Massoia dan Kayu Gaharu. Berbeda dengan Gaharu, kayu Massoia belum begitu dikenal oleh penduduk setempat, padahal tumbuhan ini native Papua.

Namun didaerah daratan utama, terutama daerah Fak-fak dan Nabire sudah banyak masyarakat yang berprofesi sebagai pencari masoia. Pencari masoia merupakan sekelompok masyarakat yang memanfaatkan HHBK Masoi sebagai sumber pendapatan sampingan. Karakteristik sosial ekonomi pencari Masoi berpengaruh pada pola pemanfaatan hasil hutan yang dilakukan. kulit kayu massoia kisaran harga 65.000 hingga 80.000 ditempat.

Massoia merupakan salah satu komoditi HHBK (Hasil Hutan Bukan Kayu) yang prospek untuk dikembangkan, salah satunya adalah minyak massoia. Kandungan utama dari minyak massoia ini adalah lactone, dimana berfungsi sebagai bahan baku flavor dan fragrans, terutama untuk aroma – aroma seperti butter dan susu.

cryptocarya massoia
cryptocarya massoia

Menurut SNI 7941:2013 tentang kulit kayu massoia yang memenuhi standar suling(bahan baku penyulingan)

  1. Bau khas masohi (seperti aroma kelapa),
  2. Rasa getir
  3. Warna coklat kekuningan sampai coklat tua
  4. Kekeringan kulit masohi ditunjuukan dengan keadaan kulit yang patah bila dibengkokkan dan berbunyi keras
  5. Tekstur kulit bagian dalam halus
  6. Kulit bagian dalamjika digores akan timbul minyak dan mengeluarkan aroma khas masohi (seperti aroma kelapa), yang menjadi
    ciri khas kulit masohi
  7. Kadar air maksimal 12%
  8. Bebas jamur
  9. Tidak boleh ada kotoran

Selama disana, kami berbincang dan berdiskusi dengan beberapa masyarakat, kami menganjurkan supaya membudidayakan tumbuhan Massoia ini, karena kebutuhannya juga cukup banyak sedangkan komoditi ini bila tidak dijaga kelangsungan produksinya akan terus menurun. Populasi pohon massoia saat ini semakin sulit ditemukan didataran rendah dan hampir keseluruhan dari populasi pohon ini hanya bisa ditemukan didataran tinggi, dengan kata lain pohon ini sudah semakin langka. Pohon massoia telah dikategorikan sebagai tanaman langka dan merupakan flora yang dilindungi di Indonesia. Untuk itu perlu adanya budidaya tanaman kayu Massoia supaya tidak punah akibat penebangan liar dan tidak berkelanjutan. Kedepannya diharapkan nanti akan ada kerjasama dibidang budidaya hingga proses produksi dan pemasaran yang akan kami lakukan bersama masyarakat Papua untuk komoditi tanaman Massoia ini.

Masalah :

  1. Terjadinya penebangan massive di beberapa daerah di Papua untuk diambil kayunya
  2. Bila menemukan kayu Massoia ini, perambah langsung tebang, karena bila ditinggal esoknya akan hilang  karena akan diambil oleh perambah lainnya.
  3. Belum adanya pembudidaya kayu Massoia
  4. Belum terlalu familiar akan komoditi ini
  5. Sering tertukar dengan komoditi kayu lawang

 

6 Replies to “Papua dan Massoia”

  1. pagi mas, sangat tertarik dengan tulisaan mengenai massoia ini. saya yang sudah lama di papua saja tidak tahu tentang tumbuhan itu, oleh karena itu bisakah mas memeberikan informasi lagi tentang massoi, terimakasih

    1. Massoia ini tumbuhan tumbuh ditengah hutan, mirip seperti kayu manis dan kayu lawang. diproses dengan menguliti kulit kayu. paling nayak sekarang ini didaerah Kaimana dan sekitarnya

  2. Hai pak, senang sekali bisa baca tulisan ini. Saya sedang mendorong budidaya kayu Masohi di Papua Barat Kabupaten Fakfak.

    Dari tulisan ini saya ingin berdiskusi banyak, apakah boleh saya dapatkan nomor kontak ka

    Selain budidaya kami rencana membuka demplot penyulingan minyak Atsiri kayu Masohi

    Untuk itu saya sangat senang apabila kita dapat berdiskusi tentang rencana pengolahan minyak Atsiri kayu Masohi

    1. Terima kasih, mohon maaf saya lama tidak membuka blog in ikarena kesibukan dilapangan. dengan senang hati jika ingin berdiskusi tinggal hubungi saja dinomor yang ada dalam blog ini

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *