Anafilaksis dan Minyak Atsiri
Annelise sedang dirawat akibat Anafilaksis

Anafilaksis dan Minyak Atsiri

Bagi para pengguna minyak atsiri, para member MLM dengan produk minyak atsiri dan Para enterpreneur yang bergerak dibidang usaha minyak atsiri retail, ada baiknya untuk memperhatikan efek – efek dari minyak atsiri. Karena Penggunaan minyak atsiri tidak serta merta aman digunakan, bahkan dengan claim therapeutic grade sekalipun. Therapeutic grade tidak diatur, ditetapkan ataupun didukung oleh negara manapun, melainkan hanya bahasa marketing yang digunakan untuk mempercantik dan membuat yakin barang dagangan minyak atsiri itu sendiri.

Berikut ini saya ambilkan suatu contoh kasus yang dialami oleh Annelise Fratella-Lentz’s :

Berikut Pernyataan Annelise :

Pernyataan Annelise
Pernyataan Annelise

Bila merujuk pada bahasa Kedokteran, Anafilaksis merupakan suatu kondisi medis serius yang membutuhkan perhatian segera. Dalam bahasa medis, anafilaksis diartikan sebagai reaksi alergi berat yang dapat muncul tiba-tiba dan berpotensi fatal jika tidak ditangani dengan cepat. Gejala anafilaksis termasuk ruam gatal, pembengkakan di area tenggorokan, tekanan darah yang turun secara drastis, hingga menyebabkan kesulitan bernapas. Reaksi ini biasanya dipicu oleh gigitan serangga, konsumsi makanan tertentu, dan beberapa jenis obat.

Namun, dalam beberapa tahun terakhir, terdapat perdebatan mengenai apakah minyak atsiri—senyawa alami yang diekstrak dari tumbuhan aromatik—juga bisa memicu anafilaksis atau reaksi alergi berat. Beberapa pihak mengklaim bahwa minyak atsiri tidak mungkin menyebabkan anafilaksis karena minyak atsiri tidak mengandung senyawa protein, yang umumnya dianggap sebagai pemicu utama reaksi alergi. Protein adalah molekul yang dapat merangsang sistem kekebalan tubuh, menyebabkan pelepasan histamin dan zat-zat kimia lainnya yang memicu gejala alergi.

Pemahaman tentang Pemicu Anafilaksis dan Minyak Atsiri

Klaim bahwa minyak atsiri tidak bisa menyebabkan anafilaksis didasarkan pada fakta bahwa reaksi anafilaksis biasanya melibatkan protein, seperti yang ditemukan dalam makanan, gigitan serangga, atau obat-obatan. Reaksi alergi terjadi ketika sistem kekebalan tubuh salah mengidentifikasi protein tertentu sebagai ancaman, lalu melepaskan antibodi yang disebut imunoglobulin E (IgE) untuk menyerangnya. Proses ini memicu pelepasan histamin yang menyebabkan gejala seperti pembengkakan, gatal, dan tekanan darah rendah.

Namun, Scott Johnson, seorang pakar kesehatan alami, menunjukkan bahwa tidak semua zat penyebab alergi mengandung protein. Nikel dan penisilin adalah contoh dua zat non-protein yang diketahui dapat memicu reaksi alergi yang serius pada beberapa orang. Hal ini membantah gagasan bahwa hanya zat yang mengandung protein yang bisa menyebabkan anafilaksis.

Dalam hal minyak atsiri, ada beberapa senyawa kimia yang dapat mengiritasi kulit atau memicu reaksi alergi pada individu tertentu, meskipun mereka tidak mengandung protein. Contoh senyawa dalam minyak atsiri yang diketahui dapat menyebabkan iritasi atau reaksi alergi antara lain:

  • Cinnamaldehyde (terkandung dalam minyak kayu manis)
  • Eugenol (terkandung dalam minyak cengkeh)
  • Bergapten (terkandung dalam minyak bergamot)

Meskipun minyak atsiri ini banyak digunakan dalam terapi aromatik, parfum, atau produk kesehatan alami, penggunaannya memerlukan kewaspadaan, terutama bagi individu yang rentan terhadap alergi.

Menarik saya angkat karena istri saya sendiri juga mengalami pasca menyuling minyak kayumanis tiba – tiba seluruh badannya bengkak dan muncul ruam merah seperti yang dialami oleh Annelise, namun beruntung masih dapat ditangani dengan cepat. Apabila anda mengalami hal yang sama, harap langsung menemui atau menuju petugas medis setempat.

Minyak Atsiri dan Alergi: Faktor yang Perlu Dipertimbangkan

Minyak atsiri murni sering dianggap aman karena terbuat dari bahan alami. Namun, kenyataannya tidak semua minyak atsiri aman bagi setiap orang. Kayu manis (Cinnamomum verum), yang menghasilkan cinnamaldehyde, dikenal sebagai sensitizer, yaitu zat yang dapat meningkatkan sensitivitas kulit dan menyebabkan reaksi alergi pada beberapa individu. Minyak cengkeh yang mengandung eugenol juga bisa menyebabkan dermatitis kontak pada orang dengan kulit sensitif.

Ada pula zat dalam minyak atsiri seperti bergapten pada minyak bergamot yang bisa menyebabkan fotosensitivitas, di mana kulit menjadi lebih rentan terhadap kerusakan akibat paparan sinar matahari. Oleh karena itu, sangat penting bagi pengguna minyak atsiri untuk memahami kandungan dan potensi risiko dari setiap jenis minyak yang digunakan.

Studi kasus dari Journal of the American Academy of Dermatology (JAAD) menunjukkan bahwa beberapa individu yang terpapar minyak atsiri tertentu dalam jangka panjang mengalami dermatitis kontak alergi. Berdasarkan penelitian tersebut, disarankan untuk melakukan tes patch sebelum menggunakan minyak atsiri secara topikal, terutama bagi mereka yang memiliki riwayat kulit sensitif atau alergi.

Kesadaran Penting bagi Penjual dan Pengguna Minyak Atsiri

Dengan meningkatnya popularitas minyak atsiri di pasaran, terutama melalui skema pemasaran multi-level (MLM), penting bagi penjual dan pengguna untuk memiliki pengetahuan yang cukup tentang produk yang mereka jual atau gunakan. Informasi yang diberikan oleh perusahaan MLM atau produsen minyak atsiri sering kali tidak mencakup seluruh potensi risiko, terutama bagi individu yang rentan terhadap alergi atau kondisi kulit sensitif.

Sebelum menjual atau menggunakan minyak atsiri, sangat disarankan untuk mencari informasi tambahan dari sumber-sumber yang terpercaya di luar materi yang diberikan oleh perusahaan MLM. Pemahaman yang baik tentang cara penggunaan yang aman, potensi risiko alergi, dan metode pengujian sensitivitas kulit dapat membantu mencegah masalah kesehatan yang serius.

Kesimpulan: Minyak Atsiri Memiliki Potensi Risiko

Meski minyak atsiri menawarkan berbagai manfaat kesehatan, kecantikan, dan terapi, penggunaannya harus dilakukan dengan hati-hati. Tidak semua minyak atsiri aman digunakan oleh semua orang, dan beberapa senyawa di dalamnya dapat memicu reaksi alergi yang serius, termasuk risiko anafilaksis. Oleh karena itu, baik pengguna maupun penjual minyak atsiri harus memiliki pemahaman yang baik tentang potensi risiko produk ini. Jika Anda atau orang di sekitar Anda mengalami gejala yang mencurigakan setelah terpapar minyak atsiri, segera hubungi tenaga medis untuk mendapatkan penanganan yang tepat.

Langkah-langkah Pencegahan

  • Lakukan uji kulit (patch test) sebelum menggunakan minyak atsiri secara topikal.
  • Hindari penggunaan minyak atsiri yang dikenal memiliki potensi tinggi untuk menyebabkan iritasi atau alergi pada kulit sensitif.
  • Jangan menggunakan minyak atsiri secara berlebihan atau tanpa pengenceran yang tepat.
  • Segera cari bantuan medis jika mengalami gejala alergi berat atau anafilaksis.

3 Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *