Pada kesempatan BBO (Belajar Bersama Orangtua tema Musim) dihari pertama belajar di rumah dikarenakan karantina COVID 19, kita membahas tentang siklus hujan. Siklus Hujan kita mulai dengan membuka surah Ar Rad ayat 17 :
“Allah telah menurunkan air (hujan) dari langit, maka mengalirlah air di lembah-lembah menurut ukurannya, maka arus itu membawa buih yang mengambang. Dan dari apa (logam) yang mereka lebur dalam api untuk membuat perhiasan atau alat-alat, ada (pula) buihnya seperti buih arus itu. Demikianlah Allah membuat perumpamaan (bagi) yang benar dan yang bathil. Adapun buih itu, akan hilang sebagai sesuatu yang tak ada harganya; adapun yang memberi manfaat kepada manusia, maka ia tetap di bumi. Demikianlah Allah membuat perumpamaan-perumpamaan (Ar Rad 17)”.
Tahapan pertama dalam siklus hujan ini akan kita awali dari akhir dulu, yakni turunnya hujan. Hujan yang turun ke bumi mengalir melalui lembah – lembah, sungai dan aliran air lainnya di permukaan bumi. Selain mengalir melalui sungai dan aliran permukaan lainnya, Alloh juga menetapkan sebagian air hujan tersebut menetap didalam Bumi, supaya dapat dimanfaatkan oleh manusia. Hal tersebut di Firmankan Alloh dalam Surat Al Mukminun ayat 18.
“Dan Kami turunkan air dari langit menurut suatu ukuran; lalu Kami jadikan air itu menetap di bumi, dan sesungguhnya Kami benar-benar berkuasa menghilangkannya (Al mukminun 18)”.
Hujan diturunkan oleh Alloh terukur dan spesifik ditiap tempat dia diturunkan. Tidak dilebihkan dan tidak dikurangkan. Selain itu air hujan juga bisa menjadi Barokah rahmat Alloh ataupun sebagai adzab Alloh.
Air Hujan yang mengalir melalui sungai – sungai akan bermuara ke Samudra, sembari membawa mineral – mineral terlarut yang dilewati air semenjak dia sampai ke tanah. Setelah sampai di Laut maka terjadi proses evaporasi, atau penguapan dan akhirnya membentuk awan.
Awan dapat terbentuk jika terjadi kondensasi uap air di atas permukaan bumi. Udara yang mengalami kenaikan akan mengembang secara adiabatik karena tekanan udara di atas lebih kecil daripada tekanan di bawah. Partikel-partikel yang disebut dengan aerosol inilah yang berfungsi sebagai perangkap air dan selanjutnya akan membentuk titik-titik air. Selanjutnya aerosol ini terangkat ke atmosfer, dan bila sejumlah besar udara terangkat ke lapisan yang lebih tinggi, maka ia akan mengalami pendinginan dan selanjutnya mengembun.
Kumpulan titik-titik air hasil dari uap air dalam udara yang mengembun inilah yang terlihat sebagai awan. Makin banyak udara yang mengembun, makin besar awan yang terbentuk. Karakteristik dari arus udara vertikal akan menentukan jenis dan bentuk awan. Berdasarkan sebab-sebab kenaikan udara, maka awan dapat diklasifikasikan menurut ketinggian dasar awan dan metode formasinya.
“Allah, Dialah yang mengirim angin, lalu angin itu menggerakkan awan dan Allah membentangkannya di langit menurut yang dikehendaki-Nya, dan menjadikannya bergumpal-gumpal; lalu kamu lihat hujan keluar dari celah-celahnya, maka apabila hujan itu turun mengenai hamba-hamba-Nya yang dikehendaki-Nya, tiba-tiba mereka menjadi gembira (Ar Rum 48).
Adanya angin yang membuat awan bergumpal dan berarak menyebabkan terbentuk nya beberapa jenis awan di langit. Jenis-jenis awan dapat diamati dan dikelompokkan melalui bentuknya, ketinggian, dan presipitasi yang dihasilkan. Dengan memahami awan, kita juga dapat memprediksi keadaan cuaca yang akan terjadi dalam waktu dekat.
Awan Cummulus berbentuk memanjang ke atas dan tebal. Terdapat puncak tertinggi dari awan. Awan cumulus terjadi karena tekanan udara di atmosfer sedang labil. Jika keadaan ini terus berlanjut, maka awan ini bisa tumbuh dan berubah menjadi awan cumulonimbus, yang dalam Quran disebutkan gumpalan awan seperti gunung – gunung. Kandungan awan cumulus adalah butiran air serta es yang sangat dingin. Pada bagian yang terkena cahaya matahari akan kita lihat kilauan berwarna putih. Awan cumulonimbus berwarna abu-abu hingga gelap. Awan ini erat hubungannya dengan hujan deras yang disertai angin dan petir. Awan cumulonimbus kerap disebut awan yang berbahaya karena di dalamnya terdapat banyak sekali muatan-muatan listrik.
Kemudian dalam Surah An Nur 43, Alloh mengirimkan angin untuk mengaraknya ke tempat yang sudah ditentukan. Hujan yang diturunkan dapat menjadi hujan air ataupun hujan salju tergantung dari awan yang terbentuk, dan semua sudah diukur dan ditakar oleh Alloh Azza Wajalla.
“Tidaklah kamu melihat bahwa Allah mengarak awan, kemudian mengumpulkan antara (bagian-bagian)nya, kemudian menjadikannya bertindih-tindih, maka kelihatanlah olehmu hujan keluar dari celah-celahnya dan Allah (juga) menurunkan (butiran-butiran) es dari langit, (yaitu) dari (gumpalan-gumpalan awan seperti) gunung-gunung, maka ditimpakan-Nya (butiran-butiran) es itu kepada siapa yang dikehendaki-Nya dan dipalingkan-Nya dari siapa yang dikehendaki-Nya. Kilauan kilat awan itu hampir-hampir menghilangkan penglihatan (An Nur 43)”.
Dan begitulah seterusnya siklus hujan bergerak sesuai sunatulloh, semoga dapat dijadikan pembelajaran bagi orang – orang yang beriman agar senantiasa bersyukur dan takut kepada Rabb nya.
good post