Pada Tanggal 16 Maret 2015, Saya diberikan tugas oleh Ditjen IKM Kementrian Perindustrian untuk kembali menjadi narasumber di Banda Aceh. Workshop yang diikuti oleh 8 Kabupaten dan Kota se Provinsi Aceh ini dihadiri oleh 22 Petani dan Penyuling. Komoditi yang berkembang di Provinsi NAD antara lain Pala, Sereh wangi dan Nilam. Malam tanggal 16 Maret 2015, acara dibuka oleh Bapak Iskandar, S.Sos., MM dan Bapak Eddy Noer, MM. yang mewakili Bapak Kepala Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi Nanggroe Aceh Darusalam. setelah itu dilanjutkan dengan selayang pandang dan perkenalan dengan para peserta workshop.
Pembukaan Acara, Kiri : Bapak Eddy Noer, MM., Kanan : Bapak Iskandar, S.Sos., MM
Keberangkatan Saya ke Banda Aceh tidak sendiri, ditemani oleh Kang Feryanto, kami berdua menjadi narasumber dalam workshop tersebut. Keesokan paginya acara langsung dimulai, dibuka oleh kang Feryanto yang memaparkan tentang introduksi minyak atsiri dan teknik penyulingan yang baik. Sesi pertama ini berlangsung hingga pukul 12.00 WIB., Kemudian disambung sesi kedua dimana saya memaparkan pada seluk beluk tentang teknis budidaya yang merupakan kunci dari peningkatan kualitas minyak atsiri yang akan dihasilkan.
Mengapa saya sampaikan lebih detil mengenai budidaya?, Pertama karena Kang Feryanto sudah memaparkan tentang teknik penyulingan, yang akan sangat membosankan bila saya ulang. Kedua karena minyak atsiri terbentuk saat proses budidaya sebelum masuk proses penyulingan. Beberapa hal yang sangat mempengaruhi kualitas minyak atsiri pernah saya paparkan pada postingan sebelumnya (Baca : Faktor Pertumbuhan Tanaman Minyak Atsiri) Beberapa diantaranya adalah sebagai berikut :
- Sesuai agroklimat.
- Menggunakan bibit unggul.
- Optimalisasi Zona Perakaran.
- Optimalisasi pH tanah.
- Prioritaskan budidaya organik.
- Kecukupan sinar matahari,
- Populasi pohon / tanaman dalam satu hektar maksimal.
- Terapkan pola tumpangsari untuk budidaya tanaman tahunan.
- Terapkan budidaya berkelanjutan. (Source : Bapak Ir. Dadang Mohammad, Direktur Utama PT. Calipha Land)
Faktor – faktor diatas mempengaruhi proses biosintesis yang berlangsung saat pembentukan minyak atsiri :
Minyak atsiri yang terbentuk pada glandula minyak sangat bergantung pada kecukupan makanan, air dan sinar matahari yang diperoleh tanaman. Tentunya unsur – unsur yang saya sebutkan diatas mewakili kondisi atau suasana yang diinginkan oleh setiap tanaman minyak atsiri untuk memproduksi minyak lebih banyak.
Selain membahas tentang materi kami juga membahas tentang beberapa permasalah yang dialami oleh para petani tentang penyediaan bahan baku, panen dan pasca panen. Selain itu juga saya sampaikan tentang kalender tanam yang mengacu pada informasi sebaran hujan dan temperatur harian yangterdapat di Provinsi Aceh, kapan saat – saat genting dalam suatu budidaya terjadi.
Dari data diatas didapatkan bahwa curah hujan rata – rata di Provinsi Aceh 2785 mm, dengan curah hujan terendah ada di Bulan Juli sekitar 123 mm. Sehingga bagi para petani yang sudah mulai menanam tanamanya pada bulan Februari atau Maret agar waspada dalam menghadapi kekeringan yang akan dihadapi di bulan Juli.
Keesokan harinya kita melaksanakn praktikum di Balai Riset dan Standardisasi Kementrian Perindustrian di Banda Aceh, yang beralamat di Jl. Cut Nyak Dhien No. 377 Lamteumen Timur Banda Aceh, yang dipandu oleh Pihak Baristand. Saat ini Baristand Aceh sudah dilengkapi dengan GCMS merk Shimadzhu, sehingga para petani dan penyuling minyak atsiri di Aceh sudah tidak perlu bingung untuk melihat kualitas hasil penyulingannya.
good post