Minyak Gaharu Berwarna Biru
Pernahkah teman teman melihat minyak gaharu berwarna biru? Menarik bukan? karena biasanya minyak gaharu berwarna kuning hingga coklat kemerahan. Dulu pertama kali saya mendapatkan minyak gaharu berwarna biru adalah ketika tahun 2012. Bahan yang saya peroleh dari daerah Merangin, Jambi. Asal daerah bahan baku berada pada kawasan Gugusan Bukit Barisan, Sumatera.

Kemudian setiap saya memperoleh bahan baku dari kawan Gugusan Bukit Barisan, saya selalu saja mendapati minyak gaharu yang saya suling ada yang berwarna biru. Awalnya saya mengira bahwa kayu bahan baku saya mengandung pemalsu, karena biasanya ada saja yang menggunakan bahan bahan seperti lem, bubuk pemberat dan beberapa senyawa lain yang biasanya ditambahkan oleh oknum pemburu nakal. Saya kroscek kembali sisa bahan yang ada tidak terdapat sama sekali bahan campuran. Namun saat saya suling kembali ternyata minyak masih tetap berwarna biru.
Karena penasaran, kemudian minyak saya GC MS dan voala ada azulene disana. Maka saya berasumsi saat itu bahwa minyak gaharu yang tumbuh di Gugusan Bukit Barisan memiliki senyawa Azulene. Maka pertanyaan saya selanjutnya adalah apakah memang Aquliaria ini mengandung Matricin?, dari beberapa literatur saya sama sekali belum menemukan Aquilaria dan Grynops mengandung Matricin.
Untuk teman – teman ketahui bahwa Prekursor utama azulene adalah matricin, yang ditemukan dalam tanaman seperti German chamomile (Matricaria chamomilla) dan blue tansy (Tanacetum annuum). Matricin sendiri adalah seskuiterpen lakton yang bersifat tidak berwarna dalam kondisi alami di tanaman. Saat tanaman disuling, terutama melalui distilasi uap, matricin mengalami dekarboksilasi, berubah menjadi azulene yang berwarna biru pekat.

Jadi, azulene bukanlah hasil langsung dari biosintesis tanaman, melainkan terbentuk melalui reaksi kimia akibat pemanasan.
Akan tetapi, tidak ada bukti ilmiah yang menunjukkan bahwa matricin terdapat dalam minyak gaharu. Minyak gaharu berasal dari genus Aquilaria atau Gyrinops, yang termasuk dalam keluarga Thymelaeaceae. Komposisi kimianya sangat berbeda dengan chamomile atau blue tansy. Minyak gaharu kaya akan senyawa seskuiterpen dan chromone derivatif, tetapi tidak mengandung seskuiterpen lakton seperti matricin. Beberapa senyawa utama dalam minyak gaharu meliputi:
- Chromone derivatives (senyawa unik yang memberikan aroma khas gaharu)
- α-Guaiene
- β-Guaiene
- α-Humulene
- Agarospirol
- Selinenes
Azulene terbentuk ketika terjadi dekomposisi senyawa pada suhu tinggi yakni dikisaran 90-120 derajat celcius. Ada beberapa senyawa yang memungkinkan berubah warna biru ketika terjadi dekomposisi, yaitu Guaiol, Guaiene derivatif dan Chormone derivatif. Beberapa seskuiterpen dalam minyak gaharu memiliki struktur mirip dengan prekursor azulene dalam minyak chamomile. Jika mereka mengalami pemanasan berlebihan atau oksidasi, ada kemungkinan warna berubah menjadi kebiruan.
Chromone tertentu dalam minyak gaharu mengalami oksidasi, mungkin terjadi perubahan warna ke arah yang lebih gelap (coklat, merah, atau bahkan biru keunguan). Beberapa chromone yang mengandung gugus fenolik dapat mengalami polimerisasi yang menghasilkan warna yang tidak biasa.
Jika guaiene atau selinene mengalami reaksi pergeseran elektron akibat panas tinggi, bisa terjadi transformasi yang menghasilkan senyawa mirip azulene. Apakah guaiene dalam gaharu bisa berubah menjadi azulene? Belum ada bukti langsung, tetapi beberapa seskuiterpen yang mirip guaiene dalam minyak atsiri lain telah diamati mengalami perubahan warna akibat oksidasi.

Namun senyawa diatas masih memiliki kemungkinan kecil. Hingga saya teringat satu buku “Fitokimia: Tinjauan Metabolit Sekunder dan Skrinning Fitokimia” karangan Pak Tatang Shabur, yang membahas tentang Tanin. Tanin terdapat dalam gaharu (Aquilaria spp.), meskipun kadarnya bervariasi tergantung pada jenis kayu, proses pembentukan resin, dan metode ekstraksi. Senyawa ini berperan penting untuk melindungi tumbuhan dari pemangsaan oleh herbivora dan hama, serta sebagai agen pengatur dalam metabolisme tumbuhan.
- Tanin adalah senyawa polifenol yang ditemukan dalam banyak tumbuhan kayu-kayuan, termasuk Aquilaria spp.
- Tanin terutama terkonsentrasi dalam bagian kayu dan kulit kayu, serta dapat hadir dalam jumlah kecil dalam resin gaharu.
- Dalam proses pembentukan gaharu secara alami, tanin bisa mengalami oksidasi atau transformasi menjadi senyawa lain, seperti flavonoid dan chromone derivatives.
Beberapa studi menunjukkan bahwa dalam kayu Aquilaria, terdapat senyawa fenolik dan flavonoid yang terkait dengan keberadaan tanin.
Biasanya lebih dominan dalam kayu gaharu yang belum terinfeksi jamur penghasil resin.
Secara umum, tanin dibagi menjadi dua jenis utama:
- Tanin Terhidrolisis : Memiliki struktur galotanat atau elagotanat, yang dapat terurai menjadi asam galat dan asam elagat. Ditemukan dalam beberapa spesies Aquilaria, terutama dalam kulit kayu.
- Tanin Terkondensasi (Proantosianidin) Berbasis flavonoid, lebih stabil, dan tidak mudah terurai.

Ada beberapa kemungkinan bahwa tanin dalam gaharu dapat berkontribusi terhadap perubahan warna menjadi biru, terutama jika terjadi reaksi dengan ion logam:
- Reaksi Tanin dengan Ferri Klorida (FeCl₃) (Buku Pak Tatang Hal 42)
- Dalam banyak uji fitokimia, tanin dapat bereaksi dengan ion Fe³⁺ untuk membentuk warna biru-hitam atau hijau-biru.
- Jika minyak gaharu bersentuhan dengan besi atau logam lain selama penyulingan, ini bisa memicu perubahan warna.
- Polimerisasi Tanin Menjadi Senyawa Berpigmen
- Tanin dapat mengalami oksidasi atau polimerisasi, membentuk senyawa kompleks berwarna.
- Ini terjadi pada beberapa kayu yang mengandung tanin tinggi, seperti kayu eboni dan kayu jati, yang dapat berubah warna setelah lama terkena udara.
- Transformasi Kimia Tanin selama Distilasi
- Jika tanin dalam gaharu mengalami pemanasan tinggi selama distilasi, ada kemungkinan terbentuk senyawa biru akibat reaksi degradasi atau interaksi dengan seskuiterpen lain.

Jadi kesimpulan yang saya dapat dari penelusuran literatur yang ada, perubahan warna ini bisa dipicu oleh kombinasi suhu tinggi, oksigen, interaksi dengan logam dalam alat distilasi, atau reaksi polimerisasi senyawa fenolik. Minyak gaharu yang berwarna biru kemungkinan besar disebabkan oleh transformasi kimia seskuiterpen (seperti agarospirol) atau oksidasi chromone dan tanin.