Kali ini kita berkesempatan menyuling minyak daun walang. Kebetulan daun walang depan rumah mama sudah cukup rimbun, daripada kita buang lebih baik kita suling. Daun walang ini memiliki nama ilmiah Achasma walang, merupakan kerabat jahe jahean.
Kalau di Pandeglang Selatan, biasanya ketika lebaran Haji, daun ini dugunakan sebagai tambahan bumbu aromatik makanan khas yang disebut dengan Angeun Lada. Mama saya sering bikin kalau hari hari tertentu, makanya bawa bibitnya dari Pandeglang ditanam di Jogja.
Angeun lada merupakan salah satu hidangan khas masyarakat Banten yang ternyata berakar dari masyarakat suku Sunda. Angeun berarti sayur dan lada berarti pedas. Bahan utama pembuatan ini adalah babat sapi, dan campuran sayur. Tidak ketinggalan bahan baku utamanya daun walang yang aromanya sangat menyengat seperti walang sangit.
Menurut Pak Romburg(1929), Kepala Handels Buitenzorg dulu, Daun Walang ini mengandung senyawa Kimia : 2-octene-1-al dan 2-dodecene-1-al. Sehingga memiliki fatty odor, cocok jika digunakan untuk membuat accord leather atau ditambahakan pada accord cypre. Biasanya minyak nya dibeli untuk dijadikan umpan mancing, karena dapat menarik ikan lebih cepat.
Karena kandungan 2 Dodecane nya, propertis minyak walang ini di beberapa literatur dapat digunakan sebagai anti kutu di beberapa jenis hewan ternak. Membunuh kutu, namun aman untuk hewan ternak yang terjangkit kutu.
Penyulingan minyak daun walang ini dilakukan selama 6 Jam, dengan metode kukus dan disuling dalam keadaan segar. Aromanya setelah disuling menjadi tidak seperti walang sangit, tapi cendrung seperti rempah dengannote citrus dan dibelakan layer terdapat aroma seperti lemak. Minyak nya berwarna kuning pucat, dan termasuk dalam minyak dengan berat jenis ringan.
Habitat nya di Pandeglang dan Banten Selatan ada di kebun dan hutan, banyak sekali sebenernya sama dengan Lajagoa, namun masih belum dikembangkan. Sementara ini akan coba saya jual retail, jika ada yang berminat bisa menghubungi nomor yang tertera di samping Blog
good post