Minyak Atsiri dalam dunia peternakan

Konsumsi daging masyarakat lndonesia selama 10 tahun terakhir cenderung terus meningkat. Kebutuhan tersebut sebagian bersumber dari daging sapi. Tingginya tingkat pertumbuhan konsumsi daging sapi tidak sebanding dengan tingkat pertumbuhan produksi daging sapi yang sebagian besar berasal dari usaha peternakan sapi rakyat. Jika tidak dilakukan upaya upaya tertentu, keadaan ini diduga akan menyebabkan pengurangan populasi ternak sapi potong. Bagi saya pecinta Coto Makassar dan Sate Sapi Lapangan Karang Kotagedhe, hal ini membahayakan, bisa kurang asupan daging saya 😀

Produksi daging sapi lokal diprediksi belum mampu memenuhi total kebutuhan dalam negeri.  Data Kementerian Pertanian, menyebutkan total produksi daging sapi nasional sepanjang 2018 diperkirakan mencapai sekitar 403.668 ton, dengan total  kebutuhan mencapai 663.290 ton. Sehingga pemenuhan kebutuhan daging sapi masyarakat baru 60,9% yang mampu dipenuhi dari peternak sapi lokal (Katadata)

Adapun, bobot sapi lokal rata-rata 350 kg – 400 kg dengan rendemen kurang dari 40%. Kondisi ini belum memberikan marjin yang cukup. Berbeda dengan bobot sapi impor bisa mencapai 500 kg dengan rendemen 50% sehingga lebih menguntungkan.

Salah satu yang dapat diupayakan antara lain intensifikasi, terutama perbaikan pola pakan dan pola diet pada ternak, khususnya Pada Sapi potong. selama ini para peternak sudah banyak menambahkan berbagai jenis suplemen pada pakan ternak mereka.

Penelitian tentang penggunaan minyak atsiri dalam nutrisi ruminansia telah meningkat selama dekade terakhir. Sebagian besar penelitian ini masih dalam skala laboratorium. Penelitian yang dilakukan menggunakan berbagai jenis minyak atsiri dan konstituennya. Penilitian tersebut meneliti efeknya pada fermentasi mikroba rumen, sifat antimikroba, mekanisme aksi, efek pada metabolisme protein rumen, produksi metana enterik, kinerja hewan. Beberapa jurnal menyebutkan, bahwa penambahan minyak atsiri pada pakan ternak dapat bermanfaat untuk :

  • Pengganti antibiotik
  • Meningkatkan asupan pakan dan rata – rata berat harian pada ternak,
  • Meningkatkan kualitas daging ternak.
  • Mengurangi hama, seperti lalat dan nyamuk
  • Mengurangi stres pada ternak
  • Mengurangi kandungan gas methana pada proses pencernaan
  • Mengurangi kandung E. coli pada feases

Hristov pada Journal of Dairy Science 92(7):3222-32, A meta-analysis of the effects of dietary protein concentration and degradability on milk protein yield and milk N efficiency in dairy cows. Menuliskan bahwa hewan ruminansia cendrung kurang efisien dalam pengolahan nitrogen pada system pengolahan makanannya. Efisiensi nitrogen menjadi protein susu bervariasi antara 25-30%, sisanya nitrogen dibuang melalui urin dan tlethong.

Berdasarkan hasil penelitian yang dirilis, nampak bahwa senyawa phenolic seperti thymol, eugenol, carvacol ataupun minyak atsiri yang mengadung senyawa phenolic tersebut (minyak daun cengkeh, gagang cengkeh, Thyme, Oregano, Habbatusauda), Kemudian minyak Kayu Manis dengan komponen utamanya sinamaldehide, kemudian bawang putih dengan kandungan utama diallyl disulphide, efektif untuk meningkatkan efisiensi pada proses pemanfaatan nitrogen dan energi pada hewan ternak.

Pemberian pakan sapi perah menggunakan limbahpenyulingan sereh, Lokasi: Balittro KP Manoko

Minyak atsiri memiliki  senyawa aktif (seperti disebut diatas) yang berfungsi untuk menghambat mikroba secara selektif, beberapa peneliti menuliskan minyak atsiri berinteraksi dengan membran sel dan menghambat pertumbuhan bakteri. Beberapa menghambat sistem enzim utama dan juga efektif dalam mengurangi populasi mikroorganisme penggangu, terutama dipencernaan.

Hal ini menyebabkan berkurangnya rasio Asetat, Propionat, Metana (merepresentasikan hilangnya tenaga, semakin sedikit metan terbentuk semakin sedikit tenaga digunakan, terutama dalam memamah biak), mengurangi deaminasi dan proteolisis (merepresentasikan kehilangan protein). Menjadikan proses sintesis susu semakin baik. Selain itu dapat mengkondisikan pH pada rumen sehingga proses pencernaan lebih optimal.

Dengan optimalnya system pencernaan ternak, maka nutrisi yang terserap akan jauh lebih banyak. Berat badan meningkat dan rendemen pun meningkat. dengan adanya suplemen tersebut diharapkan para peternak dapat memperoleh keuntungan lebih baik dari sebelum nya.

Du Pont, melalui Danisco Animal Nutrition telah merilis satu produk yang mengandung minyak atsiri untuk suplemen hewan ternak, dengan nama Enviva.   Produk yang dirilis oleh Du Pont ini diperuntukan bagi ayam dan babi.

Sedangkan di Indonesia, penelitian pemberian minyak atsiri belum banyak dikembangkan. Penelitian di Indonesia masih pemberian dalam bentuk raw materialnya, seperti contoh yang dilakukan oleh Balittro yang memberikan pakan sapi perah menggunakan ampas sisa penyulingan. Hasil yang diperoleh dari menggunakan ampas sereh tersebut adalah susu sapi lebih banyak dan kandungan protein nya lebih tinggi daripada pakan hijauan biasa.

Selain balittro juga banyak para pengusaha penggemukan sapi menggunakan ramuan dari tanaman – tanaman zingiberacea seperti jahe, kunyit, temulawak sebagai suplemen makanan agar berat badan ternak cepat meningkat.

Semakin banyak varian minyak atsiri yang dapat digunakan maka semakin bagus pengembangan industri minyak atsiri di Indonesia, tidak terbatas hanya pada Nilam, cengkeh, Pala dan Sereh saja. Tentunya penelitian minyak atsiri sebagai suplemen makanan ternak perlu dikaji lebih lanjut, tidak sebatas pada ternak ruminansia saja namun ke semua jenis hewan ternak.

Credit to : Balittro, Pak Sukamto, Pak Dedi KP Manoko, Lembang

 

 

 

 

2 Replies to “Minyak Atsiri dalam dunia peternakan”

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *