Jejak Nilam Pada Motif Batik Khas Banyuwangi

Asal–usul batik Banyuwangi juga tidak terlepas dari Kerajaan Mataram yang menjajah Bumi Blambangan, dari kejadian tersebut masyarakat Bumi Blambangan di bawa oleh Pemerintah Mataram ke Kotagede Pleret. Disana, masyarakat Bumi Blambangan diajarkan bagaimana cara membatik dan sampai akhirnya muncul rasa senang dan ingin melestarikan batik di dearah asalnya yaitu Bumi Blambangan.

Salah satu motif yang paling tenar adalah motif Gajah Oling, tapi bukan yang organisasi palak truck atau mobil pickup ya. Selain itu ada juga motif namanya Kembang Dilem dan Dilem Sempleh. Kembang dilem merupakan salah satu motif dasar dari Banyuwangi. Biasa nya juga di gabungkan dengan motif totogan.

Motif Gajah Oling

Gajah Oling itu perputarannya seperti Perputaran Hidup dalam Cokro Manggilingan. Perputarannya, perputaran yang berlawanan dengan jarum jam. Nah ornamen yang kuat dari Gajah Oling, biasanya di sini ada kembang kelapa, bunganya kelapa. Karena konsepnya, kelapa itu tidak satu pun bagian dari kelapa yang tidak memiliki manfaat untuk makhluk hidup (Aekanu).

Batik Gajah Oling terdiri dari motif utama, motif tambahan atau pendukung, dan isen- isen. Unsur motif utama terletak pada motif gajah oling yang dibangun dari beberapa ornamen yakni: tiga daun dilem, tiga bunga manggar ( bunga kelapa), dan satu bunga melati.

Jika menilik dari sejarahnya, maka kita dapat mengetahui jika sejak abad ke 15 atau mungkin lebih dari itu masyarakat Banyuwangi sudah mengenal yang namanya Godhong Dilem atau Nilam. meskipun dalam catatan Barat, Nilam baru pertama kali dikenalkan di Eropa pada Tahun 1844, itupun dalam bentuk Simplisia. Sedangkan Nilam yang di ekspor merupakan hasil panen dari British Malaya (Penang sekarang).

Motif Kembang Dhilem

Unsur flora dan fauna seperti daun dilem, bunga manggar, bunga melati, dan kupu-kupu yang berada disekeliling pola gajah oling merupakan satu bentuk kekayaan alam dari Kabupaten Banyuwangi mengingat bahwa wilayah dari utara sampai selatan dan dari wilayah barat sampai timur dikelilingi oleh gunung, hutan, serta pantai. Keadaan alam tersebut memiliki pengaruh yang cukup signifikan terhadap flora dan fauna disekitarnya.

Dalam Catatan Guenther di jilid 3 tentang Keluarga labiate, Disebutkan bahwa Nilam ini merupakan asli dari Filipina. Dengan adanya ini saya justru semakin curiga, bahwa sebenarnya, komoditi nilam ini sudah ada sejak Kerajaan Mdang Kamulan, dimana Manila, Pila, Mindanau, Sulu dan sekitarnya merupakan daerah vassal Mdang Kamulan (Prasasti Keping Tembaga Laguna, Pulau Luzon). Salah satunya yang diperdagangkan dan diperedarkan adalah Nilam dan Kenanga.

Motif Dhilem Sempleh

Komoditi ini diekspor ke India dan dimasukkan dalam kitab ayurveda. Selain digunakan dalam dupa, nilam juga digunakan untuk mencuci jarik. Selain itu juga Daun Nilam sudah lama sekali digunakan untuk memandikan mayit dalam upacara – upacara kematian.

Selain ke India, ditemukan juga catatan China bahwa, Cina mengimport tanaman ini untuk kepentingan pengobatan sejak tahun 400an Masehi. Kemudian dibudidayakan di Abad ke 11.

Although patchouli has been used in Chinese medicine for centuries, the Flora of China reveals that it is not indigenous to China19. It is stated that patchouli was introduced into China for medicinal uses during AD 420–589 and later it was cultivated in the Guangdong Province ofsouthern China around the 11th century.

Wu, Y. G., Guo, Q. S. and Zheng, H. Q., China J. Chinese Mater. Med., 2007, 32(20), 2114–2117

Hingga saat ini asal usul nilam ini masih perlu ditelusuri, karena merupakan salah satu tanaman yang penting dalam peradaban Indonesia. Terbukti diabadikan disalah satu motif batik tertua di Banyuwangi, yakni Motif Gajah Oling, Kembang Dhilem dan Dilem Sempleh. Mungkin juga perlu didaftarkan sebagai Flora Nasional.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *