Desember 2023 lalu, kami di PT Alam Indonesia Raharja bersama dengan IPB dan DAI mengadakan suatu seminar tentang inisiatif keberlanjutan industri pala di Indonesia. Program ini merupakan tindak lanjut kunjungan kami ke Maluku Utara. Anda bisa membacanya dengan Klik link ini.
Pembicaranya antara lain dari PT Alam Indonesia Raharja (Petaniglobal.com) di wakili oleh Pak Yahya Imanuddin, ST., M.Sc., Bapak Dr., Prayudi Syamsuri,, SP., M.Si. Direktur Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan, Kementrian Pertanian, Bapak Dr Muhammad Suprapto, M.Sc. Perwakilan dari Dewan Atsiri Indonesia, Ibu Merrijanti Punguan Pintaria, M.Sc., Direktur IHHP Kementrian Perindustrian, Marianne Van Keep, Chief Sustainability Officer dari Verstegen B.V., dan yang terakhir ada Gaetan Bourdeau, Chief Procurement Officer dari Ultra International.
Poin Materi yang disampaikan antara lain;
(Yahya Imannuddin) Pentingnya kesejahteraan petani dalam produktivitas pala di Indonesia, Penerapan traceability untuk mendukung fair trade di Indonesia, Pemaparan hasil penelitian Departemen Teknologi Industri Pertanian
(Muhammad Suprapto) Kesejahteraan dan produktivitas petani pala di Indonesia, Tantangan pengembangan pala di Indonesia, (Prayudi Syamsuri & Merrijanti) Peran kementerian dalam keberlanjutan pala di Indonesia.
(Marianne Van Keep) Penggunaan pala rempah dalam industri Eropa, Varietas dan kualitas pala rempah yang diminta oleh pasar Eropa, Hambatan yang dihadapi pembeli di Eropa dalam mendapatkan pala rempah.Perkembangan industri pala di Eropa, Kebijakan dan regulasi perdagangan pala di Uni Eropa, Potensi dan peluang peredaran pala Indonesia di Eropa
(Gaetan Bourdeau) Penggunaan minyak pala dalam industri Eropa, Spesifikasi minyak pala yang dibutuhkan oleh industri pala, Hambatan yang dihadapi pembeli di Eropa dalam mendapatkan minyak pala, Penerapan teknologi dan teknik pengolahan yang tepat untuk menghasilkan minyak pala dengan kualitas yang sesuai dengan permintaan industri
Tanaman pala di Indonesia kurang lebih 95% dibudidayakan oleh masyarakat dalam bentuk perkebunan rakyat yang tersebar di seluruh provinsi. Sebesar 5% dikelola oleh perkebunan swasta dan perkebunan negara. Pengelolaan perkebunan pala berbasis perkebunan rakyat hingga saat ini masih konvensional mengikuti tradisi turun temurun. Fakta ini sangat ironis mengingat pala merupakan komoditi yang memiliki nilai historis dan ekonomis. Pala seharusnya dikelola dengan optimal untuk meningkatkan produksi dan kualitas agar memberikan kontribusi pada kesejahteraan masyarakat serta untuk pertumbuhan ekonomi nasional.
Tim Petani Global
Pala merupakan sumber kemakmuran Orang Banda. Pada zaman itu orang kaya Banda memiliki sebuah Pantun “Menggoyang pohon pala, ringgit jatuh dari langit”. Buah Pala menjadi simbol zaman harmoni, yakni zaman perniagaan di abad ke 14 hingga akhir abad 16. Dikutip dari Buku “Jalur Rempah dan dinamika masyarakat abad x – xvi kepulauan Banda, Jambi dan Pantai Utara Jawa”.
(10) Kemudian Ratu Syeba memberikan 4.140 kg emas kepada raja. Ia juga memberikan sejumlah besar rempah dan perhiasan. Tidak pernah ada pemberian rempah-rempah sedemikian banyak seperti yang diserahkan oleh Ratu Syeba kepada Raja Sulaiman.
Dari kutipan Kitab Perjanjian Lama (1 Raja-Raja 10: 10) ada satu kata penting yang perlu digarisbawahi, yaitu rempah. Rempah yang terdiri dari cengkeh (Eugenia aromatic, Kunze), pala (Myristica fragrans), dan bunga pala. merupakan hasil hutan yang menurut ahli tumbuh-tumbuhan, sebelum kedatangan bangsa barat di Nusāntara (abad ke-15) hanya dihasilkan di Nusāntara, khususnya di Kepulauan Maluku (Deinum 1949, 684-718). Deinum, Hk. dan F. Wit, 1949, “De Kruitnagel”, dalam Landbouw in de Indische Archipel, onder red. V. Dr. C.J.J. van Hall en C. Van der Koppel, jilid II B, hlm. 684-718. s’Gravenhage: Martinus Nijhoff.
good post