Program pengembangan industri minyak atsiri di Indonesia merupakan hasil kerja keras yang melibatkan berbagai pihak, termasuk Kementerian Perindustrian, asosiasi terkait, dan institusi lainnya. Dalam rentang waktu kurang lebih satu tahun, program ini telah mengalami berbagai diskusi dan perancangan yang melibatkan Dewan Atsiri Indonesia, Asosiasi Flavor and Fragrance Indonesia (AFFI), Indessota, Indonesian Aromatherapy Association, serta beberapa instansi lain di bawah naungan Kementerian Perindustrian.
Awal Konsep Program
Pada tahap awal, program ini dirancang dengan nama Pusat Industri Minyak Atsiri Rakyat. Program ini diinisiasi oleh UPTD Minyak Atsiri di bawah Dinas Perindustrian Provinsi Sumatra Barat. Fokus awalnya adalah mendukung produksi minyak atsiri dari hulu hingga hilir yang berbasis masyarakat. Namun, dalam prosesnya, konsep ini terus mengalami pengembangan. Kementerian Perindustrian mengadakan diskusi mendalam dan memperluas cakupan program dengan memasukkan elemen perfumery dan aromaterapi. Langkah ini memberikan nilai tambah pada program, sehingga tidak hanya berfokus pada produksi bahan mentah tetapi juga pada produk turunan yang memiliki nilai ekonomis lebih tinggi.
Selain itu, lokasi program juga diperluas dengan melibatkan Bali, khususnya BDI Denpasar, sebagai pusat tampilan (display) untuk produk-produk minyak atsiri. Di Bali, Kementerian Perindustrian menggandeng Spa Factory Bali sebagai mitra diskusi untuk mengembangkan konsep ini lebih lanjut. Kehadiran Bali sebagai lokasi strategis dipilih dengan mempertimbangkan potensi pasar wisatawan dan budaya spa yang telah berkembang pesat di pulau tersebut.
Dalam pelaksanaan program ini, saya dipercaya sebagai anggota tim teknis yang bertugas mendukung tim Kementerian Perindustrian. Tugas saya mencakup berbagai aspek teknis, seperti pengadaan barang, penentuan kebutuhan program, dan koordinasi dengan UPTD penerima program. Dengan peran ini, saya berupaya memastikan bahwa setiap langkah program berjalan sesuai dengan rencana, mulai dari penyediaan fasilitas hingga pelatihan untuk mendukung keberlanjutan program.
Kolaborasi dengan Mazano Ecosystem
Sebelum program ini diluncurkan secara resmi, Mazano Ecosystem—yang terdiri dari tiga entitas utama, yaitu Mazanotech, Wignja, dan Orizho—telah menandatangani Memorandum of Understanding (MoU) dengan Kementerian Perindustrian. Kerja sama ini bertujuan untuk mendukung program pengembangan industri minyak atsiri di Indonesia, yang kemudian dikenal dengan nama Program Perfumery, Flavor, and Fragrance (PFF).
Penandatanganan MoU tersebut dilakukan di Kemayoran dengan kehadiran Plt. Direktur IHHP, Ibu Merryjanti, yang mewakili Kementerian Perindustrian. Kolaborasi ini menjadi salah satu tonggak penting dalam perjalanan program, karena melibatkan entitas swasta yang memiliki visi dan kompetensi dalam bidang minyak atsiri, teknologi, dan inovasi produk.
Transformasi Menuju Produk Bernilai Tinggi
Salah satu tujuan utama dari program ini adalah mendorong pengembangan produk minyak atsiri bernilai tinggi. Di sektor hulu, program ini berupaya memperbaiki kualitas bahan baku melalui pelatihan, penyediaan teknologi, dan pendampingan bagi para petani. Sementara itu, di sektor hilir, fokus diarahkan pada pengembangan produk turunan seperti parfum, essential oil, dan produk aromaterapi lainnya yang memiliki pasar lebih luas, baik di dalam negeri maupun internasional.
Dengan memasukkan elemen perfumery dan aromaterapi, program ini mengadopsi pendekatan yang lebih holistik. Minyak atsiri tidak lagi hanya dipandang sebagai bahan mentah ekspor, tetapi sebagai komponen penting dalam industri kreatif yang dapat mendukung perekonomian nasional. Bali, dengan budaya spa dan pariwisatanya, menjadi lokasi strategis untuk mempromosikan produk minyak atsiri Indonesia kepada pasar global.
Harapan besar disematkan pada program ini agar dapat memberikan manfaat langsung bagi masyarakat yang bergerak di industri minyak atsiri, baik di sektor hulu maupun hilir. Para petani, sebagai ujung tombak produksi minyak atsiri, diharapkan dapat meningkatkan pendapatan mereka melalui dukungan teknologi dan pelatihan. Di sisi lain, pelaku industri hilir akan mendapatkan manfaat dari akses terhadap bahan baku berkualitas dan peluang pasar yang lebih luas.
Selain itu, program ini juga diharapkan mampu memperkuat posisi Indonesia sebagai salah satu produsen minyak atsiri terbesar di dunia. Dengan pengembangan produk turunan, Indonesia dapat meningkatkan daya saingnya di pasar internasional, sekaligus mendukung pertumbuhan sektor UMKM di bidang ini.
Tantangan dan Langkah Ke Depan
Tentu saja, dalam pelaksanaannya, program ini menghadapi berbagai tantangan, seperti koordinasi antara berbagai pihak, konsistensi kualitas produk, dan akses pasar. Namun, dengan sinergi yang terbangun antara pemerintah, asosiasi, pelaku industri, dan masyarakat, tantangan ini diharapkan dapat diatasi.
Langkah ke depan meliputi:
- Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Manusia: Melalui pelatihan dan workshop, baik untuk petani di sektor hulu maupun pelaku industri di sektor hilir.
- Penguatan Infrastruktur: Penyediaan fasilitas pengolahan dan laboratorium untuk mendukung pengembangan produk berkualitas tinggi.
- Promosi dan Pemasaran: Memanfaatkan platform digital dan event internasional untuk mempromosikan produk minyak atsiri Indonesia.
- Inovasi Produk: Melibatkan penelitian dan pengembangan untuk menciptakan produk-produk baru yang sesuai dengan tren pasar global.
Program pengembangan industri minyak atsiri yang melibatkan berbagai pihak ini merupakan langkah strategis untuk meningkatkan daya saing Indonesia di pasar global. Dengan dukungan dari Kementerian Perindustrian dan kolaborasi dengan berbagai stakeholder, program ini tidak hanya berfokus pada peningkatan produksi, tetapi juga pada pengembangan produk turunan yang bernilai tambah. Harapannya, program ini dapat memberikan manfaat yang berkelanjutan bagi seluruh ekosistem industri minyak atsiri di Indonesia.