Berbicara tentang minyak atsiri Indonesia, tentu kita tidak akan terlepas dari salah satu primadona minyak atsiri yang sebagian besar di supply petani dan penyuling Indonesia. Nilam, tumbuhan perdu ini menghasilkan minyak atsiri dengan kandungan utamanya patchoulol atau nama lainnya patchouli alcohol. Kegunaan utamanya dalam industri flavor & fragrance adalah sebagai fixative aroma, sebagai fragrance. Sedangkan di dunia farmasi digunakan sebagai aprodisiak, antibakteri, stimulus tumbuhnya rambut, anti inflamasi dan mengurangi kerutan pada kulit.
Nilam dapat tumbuh diseluruh wilayah Indonesia. Pembibitan dan pembudidayaanya cukup mudah karena tanaman ini sangat dapat beradaptasi dengan lingkungan sekitar. Memiliki akar serabut dan cabang batang yang cukup banyak. Dapat diperbanyak menggunakan stek batang, tunas maupun perbanyakan secara runduk. Sifat tanaman ini sangat rakus terhadap unsur hara pada tanah sehingga perlu diperhatikan nutrisi tanah pasca pemananen kedua dan ketiga. Karena biasanya ketika tumbuh pada tanah pertama nilam akan tumbuh subur dan baik, namun setelah pemanenan dan tumbuh kedua dan ketiga, tumbuhan nilam menjadi lebih kurus dan hasil panen lebih sedikit daripada panen pertama. Nilam suka pada tanah yang lembab namun tidak becek.
Kualitas minyak nilam terbaik sampai saat ini dihasilkan didaerah Sumatera tepatnya di provinsi D. I. Aceh, dengan rata – rata kandungan Patchouli Alkohol (PA) 32 – 36% dan bilangan asam kurang dari 5 menjadikan minyak nilam Aceh sebagai primadona minyak nilam Indonesia. Bahkan beberapa bibit unggul dinamakan dari daerah daerah penghasil minyak nilam terbaik di daerah Sumatera, yakni Varietas Tapak Tuan dan Varietas Sidikalang. Banyak sekali pengepul, eksporter bahkan PMA yang terjun langsung untuk mendapat minyak nilam dari daerah Sumatera karena kualitas minyak yang dihasilkan bagus. Namun terkadang terdapat oknum penyuling yang nakal (baca : campuran minyak atsiri). Mereka mencampurkan bahan tambahan kedalam minyak nilam agar mendapatkan keuntungan yang berlipat ganda. Salah satu pencampur terbanyak dari wilayah Sumatera adalah menggunakan minyak gurjun sebagai filler pada minyak nilam. Minyak gurjun didapat dari penyulingan getah kayu meranti/kruing dengan rendemen mencapai 16% membuat minyak dari kayu kruing ini memiliki harga yang rendah, selain itu juga karena minyak kruing ini di Indonesia masih sedikit pasarannya.
Minyak nilam didapatkan dari proses penyulingan tumbuhan nilam. Lama penyulingan bervariasi antara 6 – 12 jam(optimum di 8 jam) tergantung dari kapasitas dan metode penyulingan yang digunakan. Di Indonesia banyak penyuling yang memiliki ketel dengan kapasitas besar untuk penyulingan nilam ini. Rata- rata mereka menggunakan ketel kapasitas 300 – 500 Kg per batch untuk penyulingan minyak atsiri dengan metode distilasi kukus dengan lama penyulingan 10 – 12 jam dari tetes pertama. Penggunaan ketel dengan kapasitas besar bukan tidak baik, namun kurang optimal dinilai dari operasional baik dari panjangnya waktu kerja atau pada penyedian bahan baku penyulingan. Menurut penelitian saya, untuk penyulingan minyak nilam yang ideal menggunakan penyulingan dengan kapasitas tidak lebih dari 200 Kg. Hal tersebut mempertimbangkan ketersediaan bahan baku dan efektivitas waktu kerja penyulingan sedangkan metode yang baik dipakai adalah menggunakan metode penyulingan uap bertekanan.
Ketika kita menggunakan kapasitas penyulingan yang besar secara otomatis untuk mendapatkan hasil yang optimal maka kita harus mendapatkan bahan baku yang sesuai juga. Jika kita gunakan kapasitas 300 Kg kering maka kita membutuhkan 1200 Kg nilam basah sebagai bahan baku. Paling tidak untuk menghasilkan 1200 Kg basah kita membutuhkan lahan kurang lebih sekitar 2500m2 dalam sehari. Jika kurang dari itu maka penyulingan beroperasi kurang optimal, baik dari hitungan bahan bakar maupun dari hasil yang akan didapat. Sedangkan menggunakan penyulingan yang lebih kecil memudahkan kita mengatur sirkulasi bahan baku yang akan kita olah. Karena kasus yang banyak terjadi adalah banyak penyulingan berhenti operasi karena kurangnya bahan baku penyulingan. Biasanya terjadi ketika harga minyak nilam naik, dan para penyuling didaerah juga banyak sehingga terjadi rebutan bahan baku.
Minyak nilam yang dihasilkan oleh petani beragam kualitasnya, baik dari kandungan patchouli alkohol maupun dari segi warna dan bau. warna rata – rata adalah coklat kemerahan seperti halnya air teh. aroma kayu kuat, namun tidak sedikit yang beraroma sedikit floral dan ringan (dalam artian terpen rantai pendeknya lebih banyak). Parameter yang dicari antara lain kandungan PA 28- 30 up, bilangan asam maksimum 10. aroma tidak gosong dan tidak ada bahan pencampur lainnya. untuk mengetahui kadar PA, kebanyakan penyuling menggunakan standart dari alkohol meter, sedangkan untuk mengetahui bilangan asamnya biasa dikirim terlebih dahulu ke eksportir atau pengepul.
aslm.mas berpa harga alat destilasinya ya? mohon infonya
good post
nice info