Bulan Desember 2013, saya berangkat ke Papua untuk instalasi ketel minyak atsiri dengan kapasitas 2 x 150 Kg. Program yang di inisiasi oleh Rumah Pintar Papua Penuh Damai dan Solidaritas Istri Kabinet Indonesia Bersatu (SIKIB). Selama satu bulan di Papua mengawal instalasi hingga commisioning alat, banyak sekali pengalaman baru yang didapat. Mulai dari mengenal adat setempat hingga terkena penyakit malaria. Kabupaten Keerom adalah salah satu Kabupaten di Papua yang berbatasan dengan Papua New Guiniea. Sedangkan lokasi tempat instalasi ketel yaitu di kampung Wulukubun Arso XIV.
Minyak atsiri di Kab. Keerom sudah ada sejak lama. Beberapa minyak atsiri yang sudah dikembangkan disana antara lain minyak cinnamonum cullilawan (minyak lawang), Criptocarya Massoia ( minyak masoi) dan minyak nilam, ada juga terdapat cendana jenis Santalum spicatum dan Melaleuca Cajuputi.
Penyulingan – penyulingan milik warga terutama yang dipedalaman masih sangat sederhana, hanya menggunakan drum bekas, sehingga mutu yang dihasilkan masih kurang baik, namun sudah layak jual. yang menjadi halangan perkembangan minyak atsiri di Kabupaten Keerom adalah letaknya yang sangat terpencil, terutama daerah Waris, Senggi dan Web, bahkan Toe Hitam pun harus di tempuh dengan menggunakan pesawat. oleh karena itu dibutuhkan infrastruktur yang memadai supaya industri minyak atsiri di Kabupaten Keerom lebih maju.
khusus untuk kayu Massoia, kayu ini merupakan salah satu flora aseli Papua, dimana merupakan bahan baku flavour atau penguat rasa susu, karena kandungan gama-lactone nya. Namun penebangan secara brutal tentunya akan sangat mengurangi populasi kayu massoia sendiri dan berdampak pada industri hilirnya. Hal tersebut dikarenakan belum mengenalnya petani setempat proses panen tanpa tebang. sebagian besar atau bisa disebut semuanya selalu menebang untuk mendapatkan kulit kayu massoianya, sedangkan setalah di kuliti, kayunya dibuang begitu saja. Perlu rasanya dinas Kehutanan Kab. Keerom dan Prov. Papua untuk melestarikan tanaman tersebut. karena walaupun kayu ini aseli Papua, namun sebagian besar masyarakat aseli Papua sendiri juga tidak mengetahui adanya kayu tersebut.
Penyulingan ini sendiri nanti nya akan digunakan untuk penyulingan nilam dan penyulingan massoia. Saat ini tengah disiapkan perkebunan nilam di Arso XI dengan lusan lahan sekitar 10 Ha dengan kelompok Tani Pawito sebagai pilot projectnya. Penanggung jawab ketel sendiri adalah Ibu Sarah Suharti, selaku ketua Rumah Pintar PAPEDA.
good post