Diskusi Pemuliaan Nilam

Diskusi Pemuliaan Nilam

Indonesia sebagai penghasil minyak nilam terbesar di dunia memiliki potensi yang sangat besar, namun sayangnya masih menghadapi kendala serius dalam hal riset dan pengembangan varietas tanaman ini. Meskipun produksi minyak nilam Indonesia mencakup sekitar 90% dari total produksi dunia, pengembangan varietas unggul yang dapat mempertahankan kualitas minyak atsiri belum maksimal. Hingga saat ini, varietas yang dikembangkan baru terbatas pada beberapa jenis seperti Sidikalang, Tapak Tuan, dan yang terbaru, Patchoulina 1 dan Patchoulina 2. Sayangnya, varietas dari wilayah seperti Lhokseumawe masih jarang mendapatkan perhatian dalam pengembangan yang lebih luas.

Pada pagi hari yang cerah tanggal 5 September 2024, saya berkesempatan berdiskusi dengan dua tokoh penting dalam dunia pertanian dan pengembangan nilam, Dr. Sarifah Nurjanah dan Prof. Dr. Suseno Amin dari Fakultas Teknologi Industri Pertanian, Universitas Padjadjaran. Diskusi ini sangat membuka wawasan saya tentang berbagai tantangan yang dihadapi dalam pengembangan tanaman nilam di Indonesia. Saya sampaikan kegelisahan saya kepada mereka bahwa kualitas tanaman nilam, terutama dari segi rendemen dan Kualitas ketahanan tanamannya, semakin menurun seiring berjalannya waktu.

Dr. Sarifah dan Prof. Suseno sangat sepakat bahwa minimnya riset dan pengembangan, terutama dari segi pemuliaan, adalah masalah utama. Pengembangan varietas baru nilam memang dilakukan, tetapi masih terbatas pada beberapa wilayah dan belum menyentuh potensi penuh yang dimiliki Indonesia sebagai pusat produksi nilam global.

Upaya Mandiri dalam Pemuliaan dan Pengembangan Tanah
Pada bulan Juni 2024, saya dan tim saya di Makassar mengadakan rapat penting di markas kami. Kami sadar, menunggu bantuan pemerintah dalam hal riset dan pengembangan mungkin akan terlalu lama. Maka, kami sepakat untuk mulai bergerak secara mandiri. Kami juga sempat berdiskusi dengan pihak off-taker (perusahaan yang akan membeli hasil produksi) yang menyambut baik rencana kami untuk melakukan penelitian pemuliaan tanaman nilam serta pembenahan kualitas tanah. Dukungan ini menjadi semangat baru bagi kami untuk terus maju tanpa bergantung pada pihak eksternal.

Namun, tantangan terbesar kami di lapangan adalah banyaknya tanaman nilam berbasis Sidikalang yang sudah mengalami mutasi, sehingga kualitas minyak yang dihasilkan tidak lagi optimal. Mutasi ini berdampak pada daya tahan tanaman nilam sehingga rentan terhadap penyakit. Untuk itu, dibutuhkan pemuliaan intensif dan peningkatan kualitas lahan agar bisa menghasilkan varietas nilam yang lebih stabil dan berkualitas tinggi.

Kolaborasi dengan Universitas Padjadjaran: Varietas SA N9
Sebagai langkah lebih lanjut, saya berusaha mencari mitra yang memiliki fokus dalam pengembangan nilam. Qadarullah, saya berkesempatan berdiskusi kembali dengan Dr. Sarifah Nurjanah yang kemudian memperkenalkan kami pada pengembangan varietas nilam baru, SA N9, yang dikembangkan oleh Prof. Suseno Amin dan tim di Universitas Padjadjaran. Varietas SA N9 ini memiliki beberapa keunggulan signifikan, salah satunya adalah ketahanannya terhadap penyakit serta potensi rendemen minyak yang lebih tinggi dibandingkan varietas sebelumnya.

Menurut Prof. Suseno, meskipun SA N9 menunjukkan hasil yang menjanjikan, masih diperlukan uji coba di berbagai lokasi dan kondisi geografis untuk memastikan konsistensi hasil. Jika varietas ini terbukti unggul di berbagai daerah, SA N9 bisa menjadi benih masa depan yang dipertanggungjawabkan secara ilmiah, serta menjadi solusi untuk meningkatkan produksi minyak nilam berkualitas dari Indonesia.

Uji Coba Varietas SA N9 di Sulawesi
Setelah mendengar kabar positif tentang SA N9, kami berinisiatif untuk segera memesan benih tersebut. Rencananya, benih akan kami uji coba di beberapa daerah di Sulawesi dengan berbagai ketinggian untuk melihat bagaimana varietas ini beradaptasi dengan kondisi lingkungan yang berbeda. Harapannya, uji coba ini akan memberikan data yang lebih konkret mengenai potensi varietas SA N9 di berbagai wilayah.

Setelah menunggu dua bulan, kami akhirnya menerima kiriman benih pertama dari Universitas Padjadjaran. Proses pengiriman dilakukan dengan sangat hati-hati, karena kami menyadari pentingnya menjaga kualitas benih selama perjalanan. Kami langsung melakukan packing dan mengirimkan benih tersebut ke lokasi penanaman di Sulawesi.

Semua langkah ini adalah bagian dari usaha kami untuk meningkatkan produksi minyak nilam berkualitas di Indonesia. Kami sadar bahwa tantangan ke depan masih sangat besar, namun dengan kolaborasi yang kuat antara sektor swasta, akademisi, dan komunitas petani, kami optimis bisa menciptakan perbaikan yang signifikan dalam industri nilam Indonesia. Doakan semoga upaya ini berhasil dan membawa dampak positif bagi pertanian nilam di Indonesia.

Comments

No comments yet. Why don’t you start the discussion?

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *