Dalam dunia penyulingan minyak atsiri, banyak sekali berkembang teknologi distilasi. Mulai dari yang tradisional dimana sudah banyak petani dan penyuling kita memakainya hingga alat distilasi yang lebih modern dan lebih industrialis. Teknologi penyulingan pertama kali di tuliskan oleh ilmuwan muslim Abu Musa Jabir Ibn Hayyan dimana beliau belajar dari gurunya yang bernama Ja’far Shadiq. Hingga saat ini sudah banyak jenis metode penyulingan dikembangkan, baik itu metode air, uap air, uap bertekanan dan beberapa jenis teknologi distilasi lainnya.
Pemilihan perangkat penyulingan tentunya tidak dapat dilepaskan dari pengetahuan kita tentang bahan material yang akan disuling. karena pemilihan metode yang tidak tepat berpengaruh pada hasil yang akan didapatkan. Memilih metode penyulingan yang tepat dapat kita golongkan dalam klasifikasi sebagai berikut :
1. Jenis Material
2. Prakiraan Rendemen
3. Jenis bahan bakar
Menurut jenis material, seperti kita ketahui bahan baku untuk pembuatan minyak atsiri dapat kita gunakan mulai dari akar, batang, biji, bunga, umbi dan bagian tanaman lain yang memiliki senyawa aromatik. masing – masing bahan tersebut akan lebih optimal bila disuling sesuai dengan kondisi bahan material. Contohnya Bunga mawar hanya cocok disuling menggunakan distilasi air, dikarenakan apabila menggunakan distilasi uap air maka uap panas akan mengakibatkan menggumpalnya lapisan lilin yang terdapat pada mahkota bunga, sehingga minyak tidak optimal terangkat. Begitu juga seperti umbi-umbian (empon -empon) sama dengan bunga mawar (atau bunga lainnya) kurang tepat bila menggunakan uap air dikarenakan kandungan pati pada umbi juga akanmengental seperti yang terjadi pada lilin di mahkota bunga.
Selanjutnya prakiraan rendemen, berpengaruh ketika kita menentukan seberapa besar kapasitas alat penyulingan kita. Menurut hemat saya setelah saya observasi selama ini, apabila anda akan menyuling minyak atsiri dengan rendemen minyak antara 0.1%- 0.5% saya sarankan untuk menggunakan alat penyulingan kecil max 20 Kg. Sedangkan Jika 0.5 – 1% Saya sarankan untuk menggunakan kapasitas ketel berkisar antara 300 – 500 Kg. Bila rendemen diatas 1% anda dapat menggunakan ketel dengan kapasitas 50 – 200 Kg bahan baku. Penetapan kapasitas tersebut berimbas pada efisiensi bahan baku dan ketepatan hasil minyak yang akan diperoleh.
Bahan bakar mempengaruhi detil rancang bangun tungku penyulingan. pada umumnya penyulingan tradisional menggunakan biomassa pada proses penyulingannya, bisa dari kayu bakar atau dari sisa bahan baku yang telah diproses, kelebihannya hemat dan memanfaatkan sisa hasil proses, sedangkan kekurangannya adalah tidak mendukung kelangsungan ekosistem (karena penggunaan kayu berakibat pada deforestasi dan kegiatan semacamnya). Bahan bakar selanjutnya adalah gas, selain bersih bahan bakar gas cendrung lebih stabil dalam proses pembakaran. Namun apabila digunakan pada skala yang besar penggunaan gas dinilai lebih boros daripada penggunaan biomassa.
good post