Review : Buku Aroma Karsa

Maret 2018 lalu, Dee Lestari kembali mengeluarkan novel terbaru nya yakni Aroma Karsa. Terdapat 2 versi, yang pertama adalah versi digital dan yang kedua adalah versi cetak. Saya lebih memilih versi cetaknya karena saya merasa lebih marem ketika memegang fisik buku. Sambil menunggu buka puasa 10 Juni 2018 saya pesan Gojek dan meluncur ke Togamas Affandi, buku Aroma Karsa terpajang dibagian Best Seller paling depan.

Membaca Aroma Karsa mengingatkan saya pada tahun – tahun dimana saya masih mahasiswa, mencatat segala hal yang saya suling, mulai dari kulit durian hingga sepatu kulit di Pusat Studi Minyak Atsiri UII. Rasa penasaran saya akan aroma dan hasil minyak yang didapat membuat saya kadang lupa waktu dan lupa kuliah (lupa kalau ada jam kuliah). Semua saya catat dalam satu logbook yang saya persiapkan, sama seperti Jati yang meng-observasi aroma -aroma di Bantar gebang. Dari mana bahan baku berasal, berapa total beratnya, rendemen minyak, warna minyak, berapa jam harus disuling, ah masa – masa yang indah, namun sayang ketika renovasi Pusat Study buku tersebut raib, mungkin ada yang memindahkan dan tidak dikembalikan, selain saya, Prof. Hardjono juga getun (kecewa) karena kata beliau data di logbook tersebut harusnya bisa menjadi buku yang mengupas tentang proses penyulingan. Untungnya ada satu yang nyangkut jadi skripsi saya, jadi lumayan terselamatkan. saya ringkas di artikel ini.

Awal mula dikisahkan terdapat rontal – rontal yang berisi petunjuk keberadaan Puspa Karsa yang berkesinambungan dengan Prasasti Planggatan yang ada di Sukuh, Lawu Karanganyar, tumbuhan yang digambarkan memiliki aroma yang dapat mengubah Dunia ;

Porsi pertama akan mengubah nasibmu

Porsi kedua akan mengubah nasib keturunanmu

Porsi ketiga akan mengubah dunia sebagaimana keinginanmu

Diawal saya membaca sudah penasaran seperti apa jenis dan bentuk Puspa Karsa ini sehingga aromanya mampu mengubah dunia dengan dahsyat. Dan karena saya penyuling, maka saya langsung berfikir, berapa banyak bunga yang dibutuhkan untuk menghasilkan ketiga tube penuh, anggap saja 1 tube penuh berisi 10 mL. Jika rendemen Puspa Karsa anggap saja dari golongan Rosaceae maka kita ambil rendemen 0.01% maka untuk 10 mL dibutuhkan sekitar 100 Kg kuntum Puspa Karsa, jadi untuk 3 tube penuh membutuhkan kurang lebih 300 Kg Kuntum Puspa Karsa. Lalu yang kedua apa isi kimia dari minyak atsiri nya, apa komponen kimia yang sanggup mempengaruhi dunia? apakah jenis- jenis seperti Safrole, Piperonal, Ionones, Myristicin mendominasi?.

Rontal – rontal tersebut membawa Raras Prayagung, Seorang Direktur Utama Perusahaan Kosmetik terbesar di Indonesia untuk mengatur sebuah ekspedisi untuk mengunduh wanginya sang Puspa Karsa. Raras Prayagung memiliki seorang putri bernama Tanaya Suma yang memiliki penciuman yang sangat sensitif. Tanaya Suma memperdalam ilmunya di Sekolah perfumery milik Givaudan. Givaudan adalah salah satu perusahaan Flavor & Fragrance terbesar di Dunia dan berpusat di Swiss, banyak sekali membuat parfum – parfum terkenal. Salah satunya saya pernah dikasih gratisan Luna Rossa By Prada  made in Givaudan.

Di sisi satunya terdapat satu lagi tokoh penting bernama Jati Wesi. Jati Wesi ini sama seperti Tanaya Suma, hidungnya sangat sensitif. Saking sensitifnya mungkin lebih mirip GCMS yang terhubung dengan Headspace Aroma Technology (Baru 4 Perusahaan besar yang memiliki Headspace Tech ini antara lain Takasago, Firmenich, Givaudan sama Mane), dimana hidung si Jati Wesi ini bisa memilah bahkan mengelusidasi masing – masing komponen kimia yang memiliki bau yang spesifik. Kalau baca kromatogram GCMS kita mesti fragmentasi dan elusidasi, nah si Jati ini bisa langsung menebak komponen – komponen kimia saat menghirup bau bauan disekitarnya. Mungkin library nya perlu diupgrade supaya lebih banyak komponen yang ke detect hehe… kalau mau lihat gambar GCMS klik disini

Perkenalan antara Jati dan keluarga Prayagung bermula ketika Jati Wesi memalsukan parfum buatan PT Kemara yang dimiliki oleh keluarga Prayagung, entah darimana parfum refill tiruan yang dijual ditoko Attarwala tempat Jati bekerja bisa sampai ke tangan PT Kemara yang mengakibatkan ditangkapnya Pak Khalil (Pemilik Toko parfum refill Attarwala) dan Jati. Singkat cerita, akhirnya Jati mengambil kontrak bekerja seumur hidup untuk PT Kemara dan Raras Prayagung untuk menyelamatkan Pak Khalil dari penjara. Selepas dari Penjara Jati Wesi diangkut oleh Raras Prayagung ke kediamannya di Sentul.

Di Rumah Raras, Jati disediakan olfaktorium untuk bekerja membuat parfum dan diberi kebebasan untuk menggunakannya. Olfaktorium disini mungkin yang dimaksudkan adalah organ. Organ merupakan tempat perfumer bekerja untuk meracik dan scalling berbagai macam minyak atsiri, absolute, tincture ataupun extrait.

Masalah muncul ketika Jati pertama kali diundang untuk makan siang, dimana disitu pula Jati bertemu pertama kali dengan Suma. Impresi pertama sudah buruk, akibat penciuman Suma yang sensitif mencium bau badan dan barang – barang Jati yang memang tinggal di area TPA  Bantar gebang sebelumnya, membuatnya muntah mengakibatkan Jati batal makan siang bersama. Pun malamnya impresi kedua lebih buruk lagi, Jati mengomentari parfum keluaran Kemara yang dibuat oleh Suma. deng deng deng Kembali lagi Suma marah besar.

Perfumery Organ, tempat perfumer bekerja meramu minyak atsiri, absolute, tincture dkk menjadi parfum credit : joelbernstein.com

Pada buku ini diceritakan beberapa minyak atsiri khas Indonesia, seperti nilam, akar wangi, dan Gaharu. Namun masih lebih banyak pengulasan minyak atsiri dari luar dan juga banyak mengulas fine fragrance. Dalam bayangan saya eksplorasi saat ekspedisi akan banyak menggambarkan aroma – aroma eksotis yang banyak tumbuh di Gunung Lawu, seperti sembung, gandapura, akar poligala, lempuyang, temu ireng, bengle, dan lain sebagainya yang notabene banyak sekali ditemukan disana.

Pada penggambaran proses pembuatan parfum, Saya dapat membayangkan Jati mereka – reka aroma yang akan beliau racik. mana yang akan dijadikan base notes, middle dan top note nya. Pilihan minyak atsiri yang beragam dan fine fragrance yang lumayan banyak dituliskan dalam buku ini dapat membawa daya khayal saya menuju aroma parfum yang dibuat Jati. Bahkan diawal cerita ketika catatan – catatan tentang formulasi parfum Puspa Ananta Series tertulis sudah dapat tergambar seperti apa aromanya dari jenis – jenis minyak atsiri yang tertulis disana.

Namun berjalannya waktu dan momen momen tertentu membuat keduanya berubah tidak lagi saling bermusuhan, hingga suatu waktu Raras Prayagung mengutus mereka untuk mencari Puspa Karsa. mengapa harus mereka? bagaimanakah petualangan yang akan melibatkan Arkeolog, ahli morfologi botany, dan eks Militer Pasukan Khusus?. Akankah Jati Wesi akan menemukan masa lalunya pada ekspedisi kali ini? Aroma akan menuntunnya menuju nasibnya… apakah akhir ceritanya mengantarkan mereka pada suatu kisah percintaan atau malah akhir yang tragis, mati salah satunya?

Harapan saya jika ada sequelnya, lebih banyak mengorek aroma – aroma yang lebih Nusantara, agar minyak atsiri Indonesia lebih dikenal bangsanya, karena kebanyakan orang Indonesia lebih banyak mengenal aroma lavender daripada aroma temugiring. Petualangan Jati yang mengembara dari ujung Pulau Weh hingga pedalaman Papua untuk memburu aroma yang belum pernah di cium orang lain di Dunia ini. Mengembangkan tanaman-nya bersama Kemara dan berakhir menjadi parfum yang Endes

sekian review Aroma Karsa  * * * * *

 

 

 

3 Replies to “Review : Buku Aroma Karsa”

Leave a Reply to martsiano Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *